Bob Sadino lahir pada tanggal 9 Maret tahun 1933 di tanjung karang, Lampung. Bob Sadino lahir dari keluarga yang terbilang cukup bahkan berlebih.
Sewaktu tamat SMA Bob Sadiono mulai merantau ke Belanda, tepatnya pada usia 19 tahun.
Sewaktu ia ditinggal sang ayah yang meninggal dunia Berbekal warisan, Bob akhirnya menetap di Negeri Kincir Angin dan mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan bernama Djakarta Lylod di kota Amsterdam. Kemudian, ia juga sempat dipindahkan ke Hamburg, Jerman.
Bob Sadino juga menemukan wanita idamannya disana yang kemudian menjadi istrinya, yakni Soelami Soejoed. Setelah mempersunting Soelami, ia pun memberanikan diri untuk melepas pekerjaanya di Belanda dan kembali ke tanah air. Modal yang dimiliki oleh Bob Sadino untuk menikahi Soelami adalah tekad. “saya nggak miskin, saya hanya memiskinkan diri,” kata Bob ketika ditanya sang calon istri sebelum menikah.
Kisah sukses Bob Sadino dalam merintis usaha pun akhirnya dimulai. Dengan bermodalkan 2 mobil mewah yang ia bawa dari Belanda, Bob akhirnya menjual kendaraan tersebut untuk membeli tanah di daerah kemang, Jakarta Selatan. Keluar dari pekerjaan membuat dirinya harus memutar otak bagaimana agar dapat terus bertahan hidup.
Setelah itu, ia mempunyai ide untuk menyewakan satu mobil tersisa dan ia sendiri yang menjadi sopirnya. Uang yang dihasilkan dari penyewaan tersebut sebenarnya sudah cukup untuk membiayai hidupnya dan juga istri. Namun, sebuah masalah besar pun akhirnya tiba.
Pada suatu ketika, Bob Sadino mengalami kecelakaan parah sehingga satu-satunya mobil sebagai mata pencaharian pun rusak parah. Tak memiliki uang untuk memperbaikinya, Bob harus memutar otak kembali bagaimana caranya untuk dapat uang, ia akhirnya memutuskan untuk menjadi kuli batu dengan penghasilan yang sangat minim, yaitu Rp. 100,-. Karena kondisi keuangan yang amat buruk dan kebutuhan yang meningkat drastis, Bob mengalami depresi yang cukup berat. Namun, siapa sangka ketika sedang berada di zona tersebut, ia tetap berjuang demi membahagiakan keluarganya.
Di tengah rasa depresi yang melanda, Bob Sadino akhirnya mendapatkan pencerahan. Kisah suksesnya membangun usaha berawal dari sebuah masukkan dari seorang temannya yang bernama Sri Mulyono Herlambang. Pada waktu itu, ia menyarankan Bob untuk mencoba memelihara ayam.
Bermula dari situ, ia mulai berbisnis sebagai seorang peternak ayam dan
Inspirasi usaha pun muncul secara tiba-tiba ketika dirinya tengah memperhatikan ayam. Belajar dari sebuah filosofi ayam yang mampu bertahan hidup, tentunya manusia harusnya bisa lebih giat dalam berusaha. Semenjak saat itu, Bob memilih untuk mulai berjualan telor ayam keliling. Selain menjadi peternak, ia dan istrinya mulai menjual satu persatu telur hasil produksi ayamnya sendiri. . Dengan usaha keras dan kesabaran, dia dan istrinya memiliki banyak pelanggan. Ya meski, dia sering dimaki oleh para pelanggannya.
Karena sudah mempunyai pengalaman terjun langsung ke lapangan, Bob Sadino bisa mengembangkan bisnisnya menjadi semakin besar. Bahkan, ia berhasil membuat sebuah supermarket yang kemudian dikenal dengan nama Kem Chicks.
Menurutnya, tidak perlu kebanyakan teori. Sebab, jika ingin maju, Anda harus terjun langsung ke lapangan. Melihat bagusnya perkembangan telur miliknya, Bob melebarkan ekspansi usaha ke sektor daging. Karena memang sudah terkenal, ia tak mendapatkan kesulitan ketika memasarkan produk keduanya tersebut. Terlebih lagi, target pasarnya merupakan warga asing yang tinggal di sekitaran rumahnya.
Berkat kemampuan dalam berbahasa Inggris, ia akhirnya mendapatkan banyak pelanggan setia warga negara asing. Sejak saat itu, ia mengetahui jika target pasarnya tersebut sangatlah besar.
10 tahun berselang, Bob Sadino kembali membuat supemarket baru yang bernama Kem Farm. Berbeda dari sebelumnya, kali ini, dia membuat pusat penjualan sayur terbesar di daerah Semarang. Tujuannya terbilang mulia, yakni agar dapat bekerja sama dengan petani lokal yang ingin mengembangkan usahanya.
Kisah perjalanan hidup Bob yang jatuh bangun memang sangat menginspirasi. Terutama kegigihan, ketekunan, serta sikap rendah hati yang patut untuk dicontoh. Meski semasa perjuangannya dia sering dimaki, dia tetap memberikan pelayanan yang prima untuk semua.
No comments:
Post a Comment